Kumpulan artikel tentang ekonomi dan ilmu ekonomi serta akuntansi dan manajemen

Pengertian dan Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi Modern

     Pembahasan kali ini mengenai Pengertian dan Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi Modern. Dalam Pengertian dan Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi Modern terdapat beberapa pokok yang akan dibahas yaitu laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita, peningkatan produktivitas, laju perubahan struktural yang tinggi, urbanisasi, ekspansi negara maju, arus barang modal, dan orang antarbangsa. Untuk lebih jelasnya, pembahasan mengenai Pengertian dan Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi Modern yaitu sebagai berikut.

    Pertumbuhan ekonomi modern mengacu kepada perkembangan negara maju Eropa Barat, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Jepang.
    Prof. Simon Kuznets dalam kuliahnya pada Peringatan Nobel mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai "kenaikan jangka panjang dalam kemaumnduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. Definisi ini memiliki 3 (tiga) komponen pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan ummat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Teknologi modern misalnya, tidak cocok dengan corak/kehidupan desa, pola keluarga besar, usaha keluarga, dan buta huruf.

CIRI-CIRI PERTUMBUHAN EKONOMI MODERN
     Pertumbuhan ekonomi modern merupakan pertanda penting di dalam kehidupan perekonomian. Prof. Simon Kuznets menunjukkan enam ciri pertumbuhan ekonomi modern yang muncul dalam analisa yang didasarkan pada produk nasional dan komponennya, penduduk, tenaga kerja, dan sebangsanya. Dari keenam ciri itu, dua diantaranya adalah kuantitatif yang berhubungan dengan pertumbuhan produk nasional dan pertumbuhan penduduk, yang dua berhubungan denga peralihan struktural dan dua lagi dengan penyebaran internasional. Kita akan membahasnya satu persatu.

1. Laju Pertumbuhan Penduduk dan Produk Per Kapita
    Pertumbuhan ekonomi modern, sebagaimana terungkap dari pengalaman negara maju sejak akhir tahun ke-18 atau awal abad ke-19, ditandai dengan laju kenaikan produk per kapita yang tinggi dibarengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat. Laju kenaikan yang luar biasa itu paling sedikit sebesar lima kali untuk penduduk dan paling sedikit sepuluh kali untuk produksi.
    Professor Kuznets menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di tiga belas negara tidak termasuk Perancis, pada masa modern adalah lebih tinggi daripada masa pra-modern. Kecuali Perancis yang pertumbuhan penduduknya sebesar 2,5 persen per dasawarsa, laju pertumbuhan penduduk bergerak di sekitar 6 sampai 7 persen untuk Inggris, Swedia, Italia, dan Uni Soviet, 8 persen untuk Swiss dan Nowergia, 10-14 persen untuk Denmark, Jerman Barat, Jepang, dan Nederland, serta 19-24 persen untuk Kanada, Amerika Serikat, dan Australia. 
    Laju pertumbuhan produk per kapita per dasawarsa negara maju ini di atas 13 persen, kecuali Australia sebesar 8 persen. Laju pertumbuhan itu bergerak antara 13,5-14,1 persen untuk Nederland dan Inggris, 16-19 persen untuk Swiss, Amerika Serikat, Perancis, Jerman Barat, Kanada, Iltalia, Nowergia, dan Denmark, dan di atas 26 persen untuk Jepang, 28,3 persen untuk Swedia dan 43,9 persen untuk Uni Soviet.
    "Kendati pertumbuhan ekonomi modern diartikan sebagai kenaikan tajam dalam produk per kapita dan dalam jumlah penduduk, namun tidak berarti yang disebut terakhir ini merupakan syarat mutlak bagi yang disebut pertama..... Di beberapa negara, laju pertumbuhan yang tinggi dalam produk per kapita dibarengi dengan laju kenaikan penduduk yang tinggi, dan di negara lainnya dibarengi dengan laju pertumbuhan penduduk yang rendah." Umpamanya, laju pertumbuhan penduduk per dasawarsa di Uni Soviet paling rendah (6,9 persen) tetapi laju pertumbuhan dalam produk per kapitanya paling tinggi (43,9 persen). Begitu pula halnya dengan Inggris, Swedia, dan Italia, dengan laju pertumbuhan penduduk per dasawarsa yang rendah sebesar 6,1, 6,7, dan 6,8 persen sedangkan laju pertumbuhan produk per kapita per dasawarsanya masing-masing adalah 14,1, 28,3, dan 18,7 persen. Jika kita melihat pada Perancis, laju pertumbuhan per kapitanya adalah 14,1 persen dibanding laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,5 persen. Di lain pihak, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebesar 21,6 persen dan 19,1 persen. " Tersedianya secara relatif faktor-faktor sumber alam, saat lahirnya proses pertumbuhan ekonomi modern, atau keadaan kelembagaan, tampaknya semakin mempersulit kita dalam mengumpulkan dampak pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan produk per kapita. Pertumbuhan penduduk memang berdampak luas dan depresif pada kenaikan produk per kapita, tetapi bobot dampak tersebut akan berbeda jika dikaitkan dengan faktor-faktor yang lain."
    Laju tinggi di dalam pertumbuhan produk per kapita dan penduduk tidak secara langsung menggambarkan laju yang tinggi di dalam kenaikan produk total. Selam masa pertumbuhan ekonomi modern, laju pertumbuhan per dasawarsa di dalam produk total yang paling tinggi (53,8 persen) adalah di Uni Soviet, diikuti Amerika Serikat (42,5 persen), Jepang (42 persen), dan Kanada (40,7 persen). Sedang yang paling rendah adalah Perancis (20,8 persen) dan Inggris (21,1 persen). Laju produk negara lain berkisar antara 21 dan 40 persen pertumbuhan total. Perbedaan laju pertumbuhan ini "menghasilkan kelipatan yang sangat besar di dalam besaran penampilannya secara total angka pertumbuhan sebesar 20 persen dalam satu abad sama dengan 6 kali lipat dari angka pertumbuhan sebelumnya; laju pertumbuhan 50 persen berarti suatu kenaikan kira-kira 58 kali lipat laju sebelumnya."
    Bagi negara berkembang non komunis secara keseluruhan, laju pertumbuhan per tahun pada periode pertumbuhan ekonomi modern adalah hampir 2 persen untuk produk per kapita, 1 persen untuk penduduk, dan 3 persen untuk total produk. Berdasarkan angka pertumbuhan ini maka dalam satu abad kita mendapatkan angka kelipatan 5 untuk produk per kapita, 3 untuk penduduk, dan lebih 15 untuk total produk.

2. Peningkatan Produktivitas
    Pertumbuhan ekonomi modern terlihat dari semakin meningkatnya laju produk per kapita terutama sebagai adanya perbaikan kualitas input  yang meningkatkan efisiensi atau prduktivitas per unit input. Hal ini dapat dilihat dari semakin besarnya masukan sumber tenaga kerja dan modal atau semakin meningkatkannya efisiensi, atau kedua-duanya. Kenaikan efisiensi berarti penggunaan output yang lebih besar untuk setiap unit input. Menurut Kuznets, laju kenaikan produktivitas ternyata dapat menjelaskan hampir keseluruhan pertumbuhan produk per kapita di negara maju. Bahkan kendati dengan beberapa penyesuaian untuk menampung biaya dan input  yang tersembunyi, pertumbuhan produktivitas tetap dapat menjelaskan lebih dari separuh pertumbuhan dalam produk per kapita.
    Pertumbuhan produk nasional merupakan akibat dari pertumbuhan penduduk yang luar biasa sehingga memperbesar pula jumlah tenaga kerja. Pertumbuhan produk nasional itu sebaliknya mempercepat laju pertumbuhan akumulasi modal dan modal yang dapat diproduksi kembali. Proporsi angkatan kerja terhadap keseluruhan penduduk menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat pada semua negara maju kecuali Swiss, Italia, dan Australia. Paling tinggi adalah Denmark (29,4%) disusul Amerika Serikat (25 %), Kanada (18,3 %), Belgia dan Jerman (15,8%), Swedia (14,6%), dan Inggris (13,1%). "Peningkatan ini mungkin disebabkan oleh pergeseran struktur usia penduduk yang dapat bekerja, dibarengi dengan penurunan angka kelahiran dan proporsi penduduk di bawah usia kerja, atau karena meningkatnya jumlah wanita yang bekerja...dan karena penurunan usia pensiun. Apa pun alasannya, proporsi jumlah pekerjaan terhadap keseluruhan penduduk terus bertambah. "Akan tetapi pertumbuhan ekonomi bangsa-bangsa maju dibarengi dengan penurunan jangka panjang dalam jumlah jam kerja per kapita. Tendensi ini mencerminkan adanya peningkatan dalam efisiensi atau produktivitas. Dengan mengesampingkan kasus Italia yang jam kerjanya per kapita turun 7,5% per dasawarsa, keseluruhan penurunan jam kerja per kapita per dasawarsa untuk semua negara maju berkisar antara 1,1% untuk Inggris, 2 sampai 2,4% untuk Belgia, Jerman, Denamrk, Swedia, Nowergia, dan Amerika Serikat, 2,8% sampai 3,5% untuk Kanada, Perancis, dan Australia, dan 4,1% untuk Swiss, serta 4,5% untuk Belanda.
    Sumbangan input modal kepada kenaikan produk per kapita dapat diukur melalui kecenderungan di dalam rasio modal produk. Rasio modal yang dapat direproduksi terhadap produk nasional naik sebesar 11 persen di Amerika Serikat (antara 1850-1960), 9 persen di Inggris (antara 1865-1933), dan sebesar 7 persen di Jepang (antara 1905-35). Pada umumnya rasio produk modal marginal di semua negara maju naik dari 1,6 persen di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 menjadi 3,1 persen di abad ke-20.
     Selanjutnya, rasio modal-output inkrimental domestik netto meningkat dari 2,6 menjadi 3,6 persen di Swedia, dari 4 ke 5,1 persen di Nowergia, dari 2,4 ke 2,8 untuk Denmark, dan dari 2,9 ke 5 untuk Australia antara paruh kedua abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20.

3. Laju Perubahan Struktural yang Tinggi
    Perubahan struktural dalam pertumbuhan ekonomi modern mencakup peralihan dari kegiatan pertanian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-unit produktif, dan peralihan dari perusahaan perseorangan menjadi perusahaan berbadan hukum serta perubahan status kerja buruh.
    Sumbangan sektor pertanian dalam jumlah pertambahan penduduk menurun di semua negara maju kecuali Australia. Di Inggris terjadi kemudian dari 22% pada 1841 menjadi 5% pada 1955 dari 42% antara 1872-1882 menjadi 9% pada 1962 untuk Perancis, dari 49% pada 1879 menjadi 9% antara 1939-1948 untuk Amerika Serikat, dan dari 63% antara 1878-1882 menjadi 14% pada 1962 untuk Jepang. Jadi pada akhir periode jangka panjang itu sumbangan sektor produk total adalah kurang dari 10% bagi Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat, sedangkan Denmark, Nowergia, Swedia, Italia, Kanada, Australia, Jepang, dan Uni Soviet berkisar antara 10% sampai 26%.
     Pada pihak lain, sumbangan sektor industri pada akhir periode jangka panjang itu meningkat di atas 50 persen di negara Inggris (56%), Perancis (52%), Jerman (52%), Belanda (15%) Nowergia (53%), Swedia (55%) dan Uni Soviet (58%); sedangkan untuk negara lainnya berkisar antara 22 sampai 49% untuk Italia (22%), Australia (30%), Amerika Serikat (42%), Italia (48%), Kanada (48%), dan Jepang (49%).
     Sepanjang menyangkut andil sektor jasa, tidak terdapat angka yang menonjol atau konsisten di antara berbagai negar. Di Swedia dan Australia menurun, sedangkan di Kanada dan Jepang naik. Di negara lain, kecenderungan ini terlalu kecil artinya.
    Kecepatan perubahan struktural di dalam pertumbuhan ekonomi modern dapat juga tergambar dalam perubahan distribusi tenaga kerja di antara 3 sektor utama. Sampai akhir pertumbuhan periode jangka panjang tersebut, andil angkatan kerja yang terlihat dalam sektor pertanian adalah 5% di Inggris, 12% di Amerika Serikat, 17% di Australia, 19% di Denmark, Swedia dan Kanada, 20% di Swiss dan Perancis, dan 25% di Nowergia, Namun, di Jepang andil tersebut cukup tinggi yaitu sebesar 33% dan Uni Soviet sebesar 40%. Konsekuensinya, andil angkatan kerja yang terlihat di sektor industri berkisar antara 40 sampai 58%  untuk semua negara, kecuali Jepang dan UniSoviet sebagai pendatang baru dalam industrialisasi. Sementara itu, andil sektor jasa dalam total angkatan kerja di Inggris, Belgia, Belanda, Swedia, dan Australia adalah konstan atau berubah tetapi relatif kecil. Sedang di negara Swiss, Denmark, Nowergia, Italia, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Uni Soviet, terjadi perubahan yang cukup mencolok, baik secara absolut maupun secara relatif.
     Pergeseran intersektoral ini dibarengi dengan pertumbuhan dalam skala perusahaan, dan terjadinya perubahan bentuk organisasi dalam sektor seperti manufakturing atau perdagangan, yaitu dari perusahaan kecil tidak berbadan hukum menjadi unit badan usaha yang besar dengan struktur industri dan teknologi yang berubah cepat. Ada pula perubahan yang terjadi dengan cepat yaitu dalam alokasi produk yang terjadi di antara berbagai perusahaan produksi dalam segala bentuk dan ukurannya. Akibatnya terjadi juga perubahan dalam alokasi tenaga kerja. Dengan kata lain, ada mobilitas tenaga kerja yang tinggi, baik antar-industri, antarkerja maupun antarjabatan, baik dari pekerjaan kasar ke pekerjaan halus, dari pekerjaan yang kurang keahlian ke pekerjaan yang membutuhkan keahlian, maupun dari perusahaan kecil ke perusahaan besar.

4. Urbanisasi
    Pertumbuhan ekonomi modern ditandai dengan semakin banyaknya penduduk di negara maju yang berpindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Inilah yang disebut Urbanisasi.
    Urbanisasi pada umumnya merupakan produk industrialisasi. Skala ekonomi yang timbul dalam usaha nonagraris sebagai hasil perubahan teknologi menyebabkan perpindahan tenaga kerja dan penduduk secara besar-besaran dari pedesaan ke daerah perkotaan. Karena sarana teknis transportasi, komunikasi dan organisasi berkembang menjadi lebih efektif, maka terjadilah penyebaran unit-unit skala optimum. Semua proses ini mempengaruhi pengelompokan penduduk berdasarkan status sosial dan ekonomi serta mengubah pola dasar peri kehidupan.
    Urbanisasi pada pertumbuhan ekonomi modern negara maju menyebabkan menurunnya angka kelahiran dan bergeser ke arah keluarga kecil. Urbanisasi mempersatukan orang-orang dari berbagai daerah pedesaan. Mereka berusaha dan saling belajar dari mereka yang telah menetap di kota. Hal ini mempermudah perkembangan hubungan impersonal kehidupan modern dan juga mengajarkan kerja sama. Di atas segalanya, perkembangan itu menciptakan iklim yang cocok bagi kegiatan intelektual yang berkaitan dengan peradaban modern, dan dengan demikian menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi peningkatan ilmu pengetahuan.
    Disamping itu, menurut Professor Kuznets, urbanisasi juga mempengaruhi tingkat dan struktur pengeluaran konsumen negara melalui tiga cara. Pertama, urbanisasi menghasilkan pembagian kerja dan spesialisasi yang makin meningkat dan perubahan berbagai aktivitas dan usaha keluarga atau desa yang tidak berorientasi pasar menjadi usaha yang berorientasikan pasar. "Banyak pengolahan makanan, penjahitan, pembuatan pakaian dan bahkan pembuatan atau perbaikan rumah yang suatu saat dikerjakan di dalam rumah atau atas usaha bersama, kini sebagian besar dikerjakan oleh perusahaan bisnis di dalam rumah atau atas usaha bersama, kini sebagian besar dikerjakan oleh perusahaan bisnis di dalam masyarakat modern perkotaan. Kedua, urbanisasi membuat biaya pemenuhan sejumlah kebutuhan menjadi semakin mahal. Kehidupan kota menjadi lebih mahal karena faktor kemacetan dan kepadatan. Ini menyebabkan kesulitan di bidang perumahan, kebersihan, air, angkutan dalam dan antarkota, dan fasilitas dasar lainnya. Kesemua ini merupakan biaya ekstra bagi kehidupan kota yang menambah pengeluaran konsumen pada berbagai jenis barang konsumsi. Ketiga, demonstration-effect kehidupan kota mendorong kelompok urbanis meniru pola konsumsi orang kota sehingga menyebabkan meningkatnya pengeluaran konsumen.

5. Ekspansi Negara Maju
         Pertumbuhan negara maju kebanyakan tidak sama. Pada beberapa bangsa, pertumbuhan ekonomi modern terjadi lebih awal daripada bangsa yang lain. Hal ini sebagian besar disebabkan perbedaan latar belakang sejarah dan masa lalu. Ketika ilmu dan pengetahuan modern mulai berkembang. Revolusi Industri yang pertama terjadi di Inggris pada paruh kedua abad ke-18 dan belakangan menyebar ke negara Eropa lainnya. Pertumbuhan ekonomi modern terpusat di negara Eropa dan jajahannya di seberang lautan, sampai masuknya Jepang pada akhir abad ke-19 dan Uni Soviet pada 1930-an.
   Ekspansi negara-negara maju yang bermula dari bangsa-bangsa Eropa tidak lain adalah akibat revolusi teknologi di bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini kemudian melahirkan dominasi politik langsung atas negara-negara jajahan, pembukaan daerah yang semula tertutup seperti Jepang dan pemecahan daerah seperti Afrika sub-sahara. Ancaman kekuatan negara maju inilah yang menyebabkan pertumbuhan Jepang dan Uni Soviet. Pada sisi lain, pemecahan Afrika dan dominasi politik yang kian besar terhadap negara jajahan merupakan akibat dari bangkitnya imperialisme yang menjadi penyebab ekspansi negara maju seperti Jerman dan Amerika Serikat kuartal akhir abad ke-19. Jadi unsur politik atau kekuatan dalam hubungan internasional merupakan faktor penting dalam penyebaran pertumbuhan ekonomi modern. Ini berarti "saling ketergantungan semakin meningkat antara bangsa, baik karena semakin kuatnya potensi untuk saling berhubungan satu sama lain ataupun karena mereka secara bersama-sama mempergunakan ilmu pengetahuan dan bersifat internasional.
    Ketergantungan seperti itu mengakibatkan pendidikan modern di negara maju menjadi merata sehingga memperbesar kemampuan mereka untuk memanfaatkan dan menyumbang pada ilmu pengetahuan yang ada. Salah satu unsur penting di sini ialah penggunaan bahasa yang sama oleh semakin banyak orang sehingga memungkinkan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknik secara bersama-sama. Akan tetapi seleksi ilmu pengetahuan dan teknik yang dilakukan oleh suatu bangsa tergantung pada ciri khas yang ada pada bangsa tersebut, baik yang berkaitan dengan jumlah penduduknya, sumber alam maupun latar belakang sejarahnya. Pembangunan pelayanan dalam pertumbuhan perekonomian di Nowergia, kertas dan besi di Swedia, produk pertanian di Selandia Baru dan Australia misalnya, memperlihatkan betapa penting faktor tersebut dalam rangka menumbuhkan ekonomi modern.
    Tetapi pertumbuhan ekonomi modern tidak berhasil menyebar ke negara terbelakang karena dua faktor. Pertama,  mereka tidak mempunyai kerangka sosial dan politik yang stabil dan fleksibel, yang dapat menampung perubahan struktural yang cepat dan mendorong kelompok pendukung pertumbuhan di dalam masyarakat . Kedua,  kebijaksanaan yang dianut negara maju membatasi kebebasan politik dan ekonomi negara kurang berkembang (LDC). Sebagai akibatnya, negara kurang berkembang gagal memetik keuntungan dari penyebaran pertumbuhan ekonomi modern tersebut dan terus tetap terbelakang, kecuali Jepang.

6. Arus Barang Modal dan Orang Antarbangsa
    Arus barang, modal, dan orng antarbangsa kian meningkat sejak kuartal kedua abda ke-19 sampai PD 1 tetapi mulai mundur pada PD I dan berlanjut sampai akhir PD II. Namun demikian, sejak awal tahun lima puluhan terjadilah peningkatan dalam arus ini. Kita bicarakan arus ini satu demi satu.
    Migrasi. Volume kumulatif migrasi internasional yang semakin meningkat sejak akhir 1840 dan berlanjut sampai pada PD I berkaitan erat dengan pola pertumbuhan ekonomi modern. Migrasi antarbenua tiap tahun mencapai lebih dari seperempat juta pada 1846 sampai 1850 dan meningkat mencapai puncaknya kira-kira 1,5 juta per tahun pada 1906 sampai 1915. Kenaikan migrasi antarbenua itu, menurut perkiraan Kuznets memperbesar volume tahunan migrasi internasional menjadi 2 juta tiap dasawarsa sebelum PD I. Selama periode 1846-1932, 95 persen dari keseluruhan emigrasi antarbenua itu berasal dari Eropa dan hampir 58 persen dari keseluruhan imigrasi antarbenua antara 1821-1932 berasal dari Amerika Serikat. Sungguh sangat mencolok bahwa penduduk Asia dan Afrika sama sekali tidak ikut serta dalam arus tersebut dan bahkan 67 persen emigran dari Eropa pergi ke Amerika Utara, 6 persen ke Australia dan Selandia Baru, 11 persen ke Argentina, dan 7 persen ke Brazilia. Jadi arus migrasi antarbenua itu mengalir dan negara Eropa yang lebih tua ke negara Amerika Utara dan Selatan dan Oseania yang lebih muda dan masih kosong.
    Faktor yang menyebabkan migrasi internasional ini dalam hal ini migrasi antarbenua, adalah mudahnya angkutan antarbenua melalu kapal laut atau melalui kereta api. Sedang migrasi yang mengalir ke Amerika Serikat tertarik oleh kondisi ekonomi yang lebih lumayan. Akan tetapi, dalam jangka panjang, dorongan migrasi tersebut yang penting ialah dampak progresif dislokasi yang dihasilkan oleh modernisasi pertanian dan industri di Eropa. "Faktor pendorong" ini merupakan sebab utama migrasi antarbenua dari Eropa ke Amerika Utara dan Selatan, ke koloni-koloni Eropa di Afrika dan bagian-bagiannya di Osenia.
    Semasa dan sesudah PD I, migrasi antarbenua hampir terhenti sama sekali. Pertama karena perang dan kedua karena pembatasan perundang-undangan, terutama pada dasawarsa depresi 1930-an. Gejala ini berlanjut terus semasa dan sesudah PD II bahkan sampai 1950-an.
    Arus barang Perdangan komoditi sebegitu jauh merupakan unsur paling dominan dari ekspansi-ekspansi keluar negara-negara maju. Ada dua kecenderungan yang kita lihat dalam hal ini. Pertama, laju pertumbuhan niaga (dunia) yang tinggi antara tahun-tahun 1820-an dan 1913. Antara 1820-30 dan 1880-89, laju pertumbuhan tersebut mencapai 50 persen per dasawarsa, dan kira-kira 37 persen per dasawarsa antara 1881-85 dan 1911-13. Kedua, peranan beberapa negara maju dalam perdagangan dunia antara tahun-tahun 1820-an dan 1913 yang begitu tinggi. Misalnya Eropa Barat Laut dan Amerika Serikat mencapai 0,6 pada 1820-30 dan dua-pertiga pada 1880-89. Peranan negara-negara itu bersama Kanada dan Australia kurang lebih mencapai dua pertiga pada 1881-85 dan 1913, tetapi menurun cukup drastis pada akhir PD I.
   Antara tahun-tahun 1850-an dan PD I, proporsi perdagangan luar negeri komoditi terhadap output total di negara Kanada, Australia, dan Amerika Serikat, meningkat cukup besar, walau dengan laju yang rendah. Akan tetapi dibandingkan dengan pertumbuhan volume output dunia, pertumbuhan perdagangan luar negeri komditi masih lebih cepat. Kuantitas perdagangan komoditi dunia melipat tiga antara 1850 dan 1880 dan kemudian berlipat tiga lagi antara 1880 dan 1913, jadi meningkat sampai sembilan kali dari tingkat awalnya. Menurut Kuznets, dengan asumsi bahwa pendapatan per kapita dunia pada periode tersebut, rasio perdagangan komoditi dunia terhadap output total hampir berlipat tiga dari 1850-1913, dan kenaikannya mungkin lebih besar daripada itu.
    Profesor Kuznets menamakan adanya empat faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut terlihat pada dasawarsa sebelum PD I di negara-negara maju yang tua. Yang pertama adalah revolusi dalam angkutan barang akibat pengembangan kereta api uap dan angkutan laut. Yang kedua, adalah keputusan Inggris untuk mengembangkan perdagangan bebas dan pembagian kerja internasional. Yang ketiga adalah pengurangan berbagai hambatan perdagangan oleh semua negara maju. Yang terakhir adalah terbukanya negara Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Argentina bagi negara-negara Barat sehingga menimbulkan spesialisasi Eropa di bidang perindustrian.
     Tetapi sejak PD I, laju pertumbuhan volume absolut perdagangan luar negeri mulai merosot. Pada 1913, indeks perdagangan luar negeri sekitar 300 dan pada 1947-51 meningkat menjadi sekitar 400. Jadi antara 1913 sampai 1947-51 perdagangan dunia meningkat kurang lebih hanya sebesar sepertiga. Sedangkan pada tiga dasawarsa sebelum PD I meningkat tiga kali lipat. Sejak PD I, penduduk dunia meningkat sebesar 40 persen dan pendapatan per kapita dunia juga agak meningkat, karena itu rasio perdagangan dunia terhadap penduduk dunia menurun cukup banyak sejak 1914.
     Arus modal. Arus Internasional investasi modal asing berkembang dengan cepat sejak kuartal kedua abad ke-19 sampai PD I. Untuk ketiga eksportir modal utama (Inggris, Perancis, dan Jerman), arus modal keluar pada periode 1874-1914 rata-rata antara $ 0,5 dan $ 1,1 billion per tahun atas dasar harga 1913. Kenaikan jumlah kumulatif modal asing yang ditanamkan oleh ketiga negara ini naik dari $ 4,9 menjadi $ 35,3 billion pada periode tersebut atas dasar harga 1913 atau dengan kata lain laju pertumbuhannya per dekade sama dengan 64 persen.
    Sebagian besar modal tersebut mengalir ke negara maju, karena mereka lebih mengutamakan pertimbngan politik daripada ekonomi. " Dari keseluruhan modal asing Inggris, hampir separuhnya ditanam di negeri jajahannya; hampir separuh modal Perancis ditanam di Rusia, Turki dan negara-negara Balkan, Austria Hungaria, dan beberapa koloninya; dan sepertiga investasi Jerman mengalirke Austria-Hungaria, Turki, Rusia, dan negara-negara Balkan. Kendati pertimbangan ekonomi dan politik dalam hal tertentu mungkin berbarengan, namun dalam hal lain garis perbedaan seperti itu tak dapat ditarik dengan tegas. Sebagian besar investasi asing barangkali didorong oleh pertimbangan politik.
      Arus modal internasional selama periode antarperang berkisar antara $ 110-170 million per tahun atas dasar harga 1913. Sementara Jerman menjadi negara pengutang, Amerika Serikat muncul sebagai pemberi pinjaman internasional utama. Penanaman dan arus modal asing dari Amerika Serikat meningkat dari $ 43 juta pada 1921- 29 menjadi $ 78,1 juta pada 1930-38  atas dasar harga yang berlaku.
    Dekade 1950-an menyaksikan adanya perubahan penting dalam arus modal internasional. Volume rata-rata arus modal sekitar $ 2 milyar per tahun antara 1951-55 dan $ 3,3 milyar antara 1956-61 atas harga 1913. Tetapi arus modal swasta hanyalah sebesar 45 persen dari jumlah keseluruhan selama 1950-an, sebagian besar dalam bentuk hibah, pinjaman oleh pemerintah dan badan-badan internasional. Ciri penting lain dasawarsa ini adalah munculnya Amerika Serikat sebagai pemberi pinjaman utama di dunia. Antara 1951-55 dan 1956-61, arus modal internasional dari Amerika Serikat adalah $ 78,4 dan $ 67,4 juta per tahun pada harga yang berlaku.
Pengertian dan Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi Modern
Pengertian dan Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi Modern

      Tetapi angka ini tidak memberikan gambaran nyata karena arus modal internasional ini hanya merupakan sebagian kecil saja dari GNP negara-negara kreditor, khususnya sesudah PD I. Ekspor modal oleh Inggris pada 1900-14, misalnya, adalah sebesar 5,3 persen dari GNP-nya, merosot menjadi 2,3 persen pada 192-29 dan lebih lanjut menjadi 0,7 persen pada 1950-58. Begitu juga bagi Amerika Serikat, persentase arus modal itu jatuh dari 2,0 persen pada 1909-28 menjadi 0,4 persen pada 1929-38, naik menjadi 0,9 persen pada 1946-50 dan turun lagi menjadi 0,5 persen pada 1950-59. Dengan demikian, menurut Kuznets, ada kelambatan mencolok di dalam ekspansi arus modal internasional pada periode lima dekade sesudah 1913 dibandingkan dengan abad-abad sesudah PD I.

Pengertian dan Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi Modern Rating: 4.5 Diposkan Oleh: ekonomisajalah

0 komentar:

Post a Comment