Hai teman-teman, kali ini saya akan membahas mengenai Teori Pertumbuhan Ekonomi. Pembahasan mengenai Teori Pertumbuhan Ekonomi yaitu sebagai berikut.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Perbedaan pandangan antara para ilmuwan di bidang ekonomi tentang teori pertumbuhan ekonomi memang wajar karena di antara mereka terdapat perbedaan sudut pandang, waktu, dan tempat. Pada dasarnya, teori pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori pertumbuhan ekonomi yang bersifat historis dan teori pertumbuhan ekonomi yang bersifat analisis. Teori pertumbuhan ekonomi bersifat historis merupakan teori pertumbuhan yang lebih menekankan pada tahap-tahap pertumbuhan ekonomi, sedangkan teorti pertumbuhan ekonomi bersifat analisis lebih menekankan pada sebab-sebab pertumbuhan ekonomi yang dialami masyarakat.
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
Tokoh utama mazhab ekonomi historis, yaitu Frederich List, Karl Bucher, Werner Sombart, dan Walt Whiterman Rostow.
1) Frederich List (1789-1846)
Frederich List, ekonomi berkebangsaan Jerman, membagi tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang dialami suatu negara berdasarkan teknik produksi dan cara-cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut Frederich List digambarkan bertingkat-tingkat seperti tangga sehingga teori ini terkenal dengan sebutan Stuffen Theorien (Teori Tangga).
Pertumbuhan ekonomi dibagi menjadi empat tahap yaitu sebagai berikut.
Tahap 1: Masa Berburu dan Mengembara
Pada tahap awal, manusia memenuhi kebutuhan hidup sangat bergantung pada pemberian alam dan hanya bertujuan memenuhi kebutuhan sendiri. Tugas berburu dilakukan lelaki, sedangkan wanita mencari buah-buahan dan umbi-umbian di sekitarnya. Jika makanan dan binatang di sekitarnya habis, mereka akan pindah ke tempat baru. Pada masa ini belum dikenal sistem pertukaran.
Tahap II: Masa Beternak dan Bertani
Pada masa ini, masyarakat sudah berpikir untuk menetap. Jika mereka mendapat binatang buruan yang masih hidup dan kebutuhan daging masih mencukupi, mereka akan memeliharanya. Jika mreka mendapatkan jenis tumbuhan atau buah-buahan yang enak rasanya di tempat lain, timbul keinginan untuk menanamnya sehingga mulailah dikenal sistem bertani.
Tahap III: Masa Bertani dan Kerajinan
Pada masa ini, mereka lebih senang hidup menetap sambil memelihara tanaman. Sambil bertani, mereka membuat kerajinan-kerajinan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti pandai besi dan kerajinan tangan lain yang dapat mereka kerjakan sambil memanfaatkan waktu senggang setelah bertani.
Tahap IV: Masa Kerajinan, Industri, dan Perdagangan
Pada masa ini, masyarakat memandang kerajinan bukan lagi sebagai sampingan untuk memanfaatkan waktu senggang, melainkan merupakan kebutuhan untuk dijual ke pasar sehingga industri berkembang dari industri kerajinan (home industry) menjadi industri besar (pabrik-pabrik. Pada masa inilah muncul kota-kota sebagai pusat industri. Hasil industri terus bertambah sehingga hasil industri tersebut bukan saja untuk dijual di dalam negeri, melainkan ke luar negeri (ekspor). Dengan demikian, muncullah perdagangan internasional.
Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi |
2) Karl Bucher (1847-1930)
Karl Bucher membagi tahap-tahap pertumbuhan ekonomi masyarakat berdasarkan hubungan antara produsen dan konsumen dalam memenuhi kebutuhan hiduo. Tahap pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher dibagi sebagai berikut.
a) Rumah Tangga Tertutup
Kehidupan masyarakat pada tahap ini masih sangat sedehana dan tertutup. Mereka memenuhi kebutuhan hidup dari hasil buatan kelompoknya sendiri dan pertukaran antarkelompok belum terjadi. Mereka memproduksi hanya untuk kebutuhannya sendiri, atau tidak untuk dijual. Dengan kata lain, mereka ialah produsen untuk dirinya sendiri.
b) Rumah Tangga Kota
Bertambahnya jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan masyarakat secara terus-menerus sehingga kebutuhan hidup suatu kelompok masyarakat tidak dapat dipenuhi sendiri. Oleh karena itu, mereka dituntut berhubungan dengan masyarakat lain dalam satu kota. Pada rumah tangga ini, masyarakat mulai mengenal pertukaran. Kegiatan sehari-hari mereka tidak hanya bertani, tetapi sudah berdagang. Mereka menyepakati suatu tempat pertemuan untuk pertukaran kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi sendiri. Tempat pertemuan itu disebut pasar.
c) Rumah Tangga Bangsa
Rumah tangga kita berkembang terus-menerus sehingga pertukaran yang terjadi antarpenduduk satu kota tidak dapat saling memenuhi. Hal ini menuntut pertukaran antarkota dalam satu negara. Dengan demikian, akan terbentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran antarkota dalam satu negara. Pertukaran tersebut menyebabkan ruang lingkup pertukaran mencakup pasar nasional. Tingkat pertumbuhan perekonomian ini disebur rumah tangga bangsa.
d) Rumah Tangga Dunia
Jika kegiatan ekonomi terus berkembang dan sudah melewati batas negara, perekonomian sudah masuk ke dalam tahap ekonomi rumah tangga dunia. Sistem pertukaran tidak terbatas hanya di dalam negeri, tetapi ke luar negeri. Ruang lingkup pasar mencakup pasar internasional.
3) Werner Sombart (1863-1947)
Werner Sombart membagi pertumbuhan ekonomi menjadi empat tahap yaitu sebagai berikut.
a) Prakapitalisme (Vorkaspitalismus)
Tahap ini disebut tahap pertumbuhan ekonomi kapitalis purba. Pada zaman ini, belum dikenal adanya kaum kapitalis. Kehidupan masyarakat masih statis. Mereka hanya berusaha memenuhi kebutuhan sendiri dan hidup penuh kekeluargaan serta mengandalkan sektor pertanian.
b) Zaman Kapitalis Madya (Fruhkapitalismus)
Pada zaman ini, kehidupan masyarakt sudah mulai memikirkan keuntungan dan keinginan untuk memupuk kekayaan. Ciri-ciri kehiduapan masyarakat pada zaman ini sudah mulai dinamis, individualis, dan sudah mulai mengenal alat tukar yang disebut uang.
c) Zaman Kapitalis Raya (Hochkapitalismus)
Pada zaman ini, kehidupan masyarakat sudah mengarah untuk mencari keuntungan setinggi-tingginya (pure profit motive). Setiap usaha yang dilakukan ditujukan mencari keuntungan. Ciri-ciri masyarakat pada zaman ini, yaitu muncul kaum-kaum kapitalis yang menguasai alat-alat produksi dan muncul kaum buruh atau pekerja. Produksi dilakukan secara massal atau besar-besaran dan perdagangan semakin luas.
d) Zaman Kapitalis Akhir (Spatkapitalimus)
Pada zaman ini, mulai muncul kaum sosialis yang menginginkan kesejahteraan bersama. Ciri-ciri perekonomian pada zaman ini ialah ada campur tangan pemerintah dalam perekonomian dan setiap usaha untuk kepentingan bersama sehingga tidak ada peran majikan besar. Dengan demikian kaum kapitalis mulai terdesak dan terkikis kaum sosialis.
4) Walt Whiteman Rostow (1916-1979)
W.W. Rostow ialah seorang ekonom Amerika. Ia mengemukakan teori pertumbuhan dalam buku The Stage of Economic Growth. Teori pertumbuhan ekonomi menurut Rostow dibagi menjadi lima tahap, yaitu sebagai berikut.
a) Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
Pada tahap ini, kehidupan masyarakat masih sangat sederhana. Cara-cara produksi menggunakan peralatan tradisional secara turun-temurun. Mereka sama sekali belum mengenal teknologi, masih terikat adat istiadat, serta tingkat kemampuan menghasilkan (produktivitas) masih sangat rendah.
b) Persyaratan untuk Lepas Landas (Precondition for Take Off)
Pada masa ini, masyarakat mulai sadar pentingnya pembaruan. Mereka mulai mengenal teknologi, menerima inovasi-inovasi baru, melakukan perubahan-perubahan cara berproduksi, dan mulai melepaskan adat kebiasaan yang turun-temurun. Akibatnya, perekonomian mulai bergeser dari sektor agraris menjadis sektor industri dan perdagangan. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang yang terjadi mulai menampakkan perubahan-perubahan yang berarti. Tahap prasyarat lepas landas sering disebut masa transisi.
c) Lepas Landas (Take Off)
Pada tahap ini, perekonomian menunjukkan pertumbuhan yang cepat, yaitu ditandai penemuan-penemuan baru cara berproduksi. Muncul investasi-investasi baru ditandai peningkatan penanaman modal di sektor neto industri yang berkisar antara 5% sampai 10% dari pendapatan nasional.
d) Perekonomian yang Matang atau Dewasa (Maturity of Economic)
Pada masa ini, masyarakat sudah selektif menggunakan teknologi modern sehingga penggunaannya berjalan secara efektif dan efisien. Suatu perekonomian yang mengarah kedewasaan ialah suatu perekonomian yang sudah tidak terpengaruh keadaan atau peristiwa perekonomian yang terjadi di negara lain. Artinya, perekonomian dewasa ialah perekonomian yang sudah sangat stabil. Ciri-ciri lain perekonomian maturity, yaitu struktue dan keahlian tenaga kerja bergeser menjadi tenaga-tenaga profesional di bidang industri. Pertumbuhan ekonomi berjalan otomatis (self propelling growth). Jika negara menghadapi kesulitan ekonomi, dapat diselesaikan tanpa campur tangan negara lain.
e) Masa Ekonomi Konsumsi Tinggi (High Mass Consumption)
Menurut teori Rostow, masa ekonomi konsumsi tinggi ialah masa pertumbuhan ekonomi paling tinggi. Pada masa ini, pola pikir masyarakat sudah cenderung memikirkan konsumsi. Mereka lebih memikirkan bagaimana mengalokasikan uang yang melimpah daripada memikirkan sumber penghasilan. Ciri-ciri perekonomian yang sudah mencapai masa konsumsi tinggi ialah produksi barang-barang konsumsi dilakukan besar-besaran disertai pendapatan perkapita riil masyarakat sangat tinggi sehingga masyarakat dapat menikmati kemakmuran yang mereka capai. Tujuan pembangunan ekonomi mereka, yaitu mempertahankan kemakmuran.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Tokoh utama mazhab ekonomi klasik, yaitu Adam Smith, David Richardo, dan T.R. Malthus.
1) Adam Smith
Adam Smith, ahli ekonomi Inggris, mengemukakan teori dalam buku An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of the Nation. Buku ini lebih dikenal dengan judul The Wealth of Nation (Kemakmuran Suatu Negara). Adam Smith ialah tokoh ekonomi yang mempelopori pemberlakuan semboyan laisser faire laisser passer (ekonomi bebas), yaitu sistem perekonomian yang bebas dari campur tangan pemerintah. Kekuatan yang mengatur perekonomian ialah mekanisme harga. Pendapat Adam Smith dituangkan dalam teori yang disebut The Invible Hands (Teori Tangan-Tangan Gaib).
Menurut Adam Smith, suatu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi ditandai dua faktor yang saling berkaitan, yaitu:
a) pertumbuhan penduduk, dan
b) pertumbuhan output total.
Pertumbuhan penduduk dianggap sebagai faktor pasif, sedangkan pertumbuhan output dianggap sebagai penentu pertumbuhan atau faktor aktif. Tingkat pertumbuhan output yang dicapai pengaruh oleh tiga komponen, yaitu:
a) sumber-sumber alam,
b) tenaga kerja (pertumbuhan penduduk), dan
c) jumlah persediaan barang modal.
Sumber-sumber alam yang dimiliki suatu negara menentukan tingkat pertumbuhan output karena sumber daya alam menentukan batas maksimum output (jika sudah mencapai tingkat penggunaan penuh atau full employment). Penggunaan sumber daya alam akan mencapai maksimum dalam pencapaian peningkatan output apabila dikerjakan oleh tenaga kerja yang memiliki tingkat spesialisasi kerja yang baik dan didukung faktor barang modal yang memadai.
2) David Ricardo dan T.R. Malthus
David Ricardo mengkritik teori pertumbuhan penduduk yang dikemukakan Adam Smith. Menurut David Ricardo, faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai tingkat hidup minimum sehingga perekonomian berada pada taraf subsisten (subsistence level). Jika sudah mencapai taraf ini, perekonomian akan mengalami kemandegan yang dikenal stationary state.
Pendapat Ricardo sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, yaitu bahan makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, tiga, dan seterusnya), sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (dua, empat delapan, enam belas, dan seterusnya). Hal tersebut mengakibatkan perekonomian berada pada taraf subsisten atau kemandegan pada suatu saat.
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik
Tokoh mazhab Neoklasik, yaitu Robert Sollow, Harrod dan Domar, serta Joseph Schumpeter.
1) Robert Sollow
Robert Sollow lahir pada 1950 di Brooklyn. Ia seorang peraih Nobel di bidang ilmu ekonomi pada 1987. Robert Sollow menekankan perhatian pada pertumbuhan output yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama, yaitu modal dan tenaga kerja. Sementara itu, faktor teknologi diasumsikan sebagai faktor konstan. Hal yang termasuk faktor modal ialah barang-barang modal, seperti peralatan, bangunan, mesin pabrik, komputer, bahan baku, dan uang. Dalam menghasilkan sejumlah output, diperlukan faktor modal dan tenaga kerja sehingga dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut.
Q = f (C,L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = fungsi
C = Capital (sejumlah input modal)
L = Labor (tenaga kerja).
Berdasarkan persamaan tersebut, dapat disimpulkan tinggi rendah output (Q) merupakan fungsi modal (C) dan tenaga kerja (L). Suatu negara mengalami pertumbuhan jika ada pertumbuhaan output. Pertumbuhan output akan dihasilkan dengan mengombinasikan faktor modal (C) dan faktor tenaga kerja (L) serta teknologi modern. Namun, faktor teknologi diasumsikan tetap atau konstan.
2) Harrod dan Domar
Teori yang dikemukakan R.F. Harrod dan Evsey Domar pada 1947, bertujuan menunjukkan suatu negara senantiasa mampu berada pada pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Selain itu, diperlukan kemampuan berproduksi yang selalu meningkat. Dalam mencapai tujuan ini, diperlukan penanaman modal (investasi).
Kemampuan masyarakat berinvestasi akan ditentukan permintaan agregat masyarakat. Keinginan berinvestasi masyarakat akan ditentukan juga oleh Marginan Eficiency of Capital (MEC) atau lebih dikenal dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Artinya ICOR adalah perbandingan antara pertambahan satu unit input modal yang dapat menyebabkan pertambahan output dengan tambahan output yang dihasilkan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi menurut Harrod dan Domar akan terjadi jika ada peningkatan produktivitas modal (MEC) dan produktivitas tenaga kerja.
3) Joseph Schumpeter
Menurut Joseph Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh usaha inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang dilakukan para pengusaha. Tanpa inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi. Proses inovasi terdiri atas tiga tahap, yaitu:
a) teknologi baru diperkenalkan;
b) inovasi menimbulkan keuntungan yang lebih banyak;
c) Proses imitasi inovasi, artinya penemuan baru tersebut akan ditiru pengusaha-prngusaha lain sehingga seluruh pengusaha akan dapat meningkatkan hasil produksi, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Demikian pembahasan mengenai Teori Pertumbuhan Ekonomi. Semoga tulisan mengenai Teori Pertumbuhan Ekonomi memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
0 komentar:
Post a Comment