Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Pembahasan kali ini membahas tentang Prinsip Dasar dan Konsep Akuntansi. Prinsip Dasar Akuntansi terdiri atas Prinsip Biaya Historis, Prinsip Pengakuan Pendapatan, Prinsip Mempertemukan, Prinsip Konsistensi, Prinsip Pengungkapan Penuh, dan Prinsip Objektif. Sedangkan Konsep Akuntansi terdiri atas Konsep Entitas Usaha dan Konsep Biaya. Untuk lebih jelasnya, pembahasan tentang Prinsip Dasar dan Konsep Akuntansi yaitu sebagai berikut.
Prinsip dasar akuntansi mendasari akuntansi dan seluruh laporan keuangan. Prinsip akuntansi dijabarka dari tujuan laporan keuangan, postulat akuntansi, dan konsep teoritis akuntansi, serta sebagai dasar pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan.
Apabila manajemen perusahaan mencatat dan melaporkan data keuangan seperti yang diinginkannya, akan sulit melakukan analisis karena perbandingan di antara perusahaan akan sulit dilakukan, bahkan tidak mungkin. Oleh karena itu, akuntansi keuangan mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (generally accepted accounting principles, GAAP) dalam membuat laporan. Laporan-laporan tersebut memungkinkan investor dan para pemegang saham untuk membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain.
Prinsip dan konsep akuntansi dikembangkan dari hasil penelitian, praktik akuntansi sehari-hari, dan pengumuman dari lembaga yang berwenang. Di Amerika Serikat, lembaga yang mempunyai kewenangan mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi adalah Financial Accounting Standard Board (FASB). FASB menerbitkan pernyataan standar akuntansi keuangan dan interpretasinya (Statement of Financial Accounting Standard and Interpretation). Tugas yang sama di Indonesia diemban oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan berbagai seksi yang terdapat dalam organisasi tersebut.
1. Prinsip Dasar Akuntansi
Prinsip yang harus diketahui menurut Charles T. Horngren, Walter T, Harrison Jr., dan Linda Smith Bamber (2009) adalah sebagai berikut.
a. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Biaya historis seringkali disebut harga perolehan. Jika dikaitkan dengan pencatatan dalam akuntansi, prinsip biaya historis digunakan untuk mencatat harga perolehan dalam aset, liabilitas, ekuitas, dan biaya. Hal ini mengandung arti bahwa pencatatan informasi akuntansi didasarkan pada biaya sesungguhnya.
b. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Dasar pengakuan pendapatan adalah jumlah kas yang diterima dari penjualan dengan pihak lain.
c. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Prinsip ini terjadi akibat adanya biaya dan pendapatan yang timbul karena biaya tersebut. Untuk itu, Anda harus menghitung besar biaya yang sudah menjadi beban meskipun belum dikeluarkan dan menghitung pendapatan meskipun belum diterima selama periode berjalan.
d. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Pencatatan, metode, dan prosedur dalam proses akuntansi harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dan mengikuti perubahan metode dari tahun ke tahun.
e. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclousure Principle)
Prinsip mengatur penyajian informasi yang lengkap dalam informasi akuntansi atau laporan keuangan.
f. Prinsip Objektif
Prinsip ini mengacu pada keakuratan bukti-bukti transaksi yang mendukung dalam laporan keuangan.
Prinsip-prinsip akuntansi ini akan berdampak pada bagaimana perusahaan membuat laporan dan materi apa yang akan mereka laporkan sehingga semua pihak yang berkepentingan akan memberikan perhatian pada pembuatan prinsip-prinsip akuntansi tersebut.
2. Konsep Akuntansi
Adapun konsep akuntansi yang harus dipegang teguh oleh para akuntan dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut.
a. Konsep Entitas Usaha
Satu unit usaha yang berdiri sendiri merupakan entitas usaha atau satuan usaha ketika data ekonomi perlu disiapkan. Entitas usaha ini dapat berupa toko serba ada, restoran Padang, usaha penyewaan komputer, percetakan, atau usaha fotokopi. Entitas usaha harus diidentifikasi agar akuntan dapat menentukan data ekonomi mana yang harus dianalisis, dicatat, dan diikhtisarkan dalam laporan.
Konsep entitas usaha (businees entity concept) penting karena membatasi data transaksi dalam sistem akuntansi terhadap data yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai entitas terpisah dari pemilik, kreditor, atau pihak yang berkepentingan lainnya. Contohnya, akuntan yang bekerja pada perusahaan perseorangan hanya akan melakukan catatan akuntansi terhadap kegiatan perusahaan tersebut dan bukan kegiatan, aset, atau utang pemilik perusahaan.
b. Konsep Biaya
Prinsip Dasar dan Konsep Akuntansi |
Jika suatu bangunan dibeli dengan harga Rp500.000.000,00, jumlah tersebut harus dimasukkan ke dalam pembukuan pembeli seharga Rp500.000.000,00. Penjual mungkin pernah meminta harga Rp530.000.000,00 untuk bangunan tersebut. Sementara pembeli mungkin sebelumnya menawar Rp480.000.0000,00 untuk bangunan tersebut. Mungkin bangunan itu ditaksir Rp450.000.000,00 untuk kepentingan pajak bumi dan bangunan. Sehari setelah bangunan itu berganti kepemilikan, mungkin ada tawaran pembelian Rp550.000.000,00 kepada pembeli. Jumlah ini tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap pencatatan pada pembukuan karena tidak memengaruhi pertukaran bangunan dari penjual ke pembeli. Konsep biaya (cost concept) merupakan dasar untuk membukukan harga perolehan atau biaya sebesar Rp500.000.000,00 ke dalam catatan akuntansi untuk bangunan tersebut.
Tawaran seharga Rp550.000.000,00 yang diterima pembeli sehari setelah bangunan menjadi miliknya menunjukkan bahwa harga beli sebesar Rp500.000.000,00 termasuk murah. Namun, jika harga Rp550.000.000,00 digunakan dalam pencatatan akuntansi, ini sama halnya dengan pengakuan atas laba yang belum direalisasi. Jika setelah membeli bangunan tersebut pembeli menerima tawaran tadi dan menjualnya kembali dengan harga Rp550.000.000,00, laba sebesar Rp50.000.000,00 akan terealisasi dan dicatat. Pemilik baru akan mencatat Rp550.000.000,00 sebagai harga perolehan bangunan.
Penggunaan konsep biaya melibatkan dua konsep akuntansi penting lainnya, yaitu objektivitas dan unit pengukuran.
1) Konsep objektivitas (Objectivity concept) mensyaratkan bahwa catatan dan laporan akuntansi harus didasarkan pada bukti objektif. Dalam pertukaran antara pembeli dan penjual, keduanya mencoba atau berusaha mendapatkan harga terbaik. Hanya jumlah akhir yang dicapai merupakan bukti terpenuhinya tujuan akuntansi. Jika nilai properti yang telah dicatat secara konstan direvisi ke atas dan ke bawah berdasarkan penawaran, penilaian, dan opini, laporan akuntansi menjadi tidak stabil serta tidak dapat diandalkan.
2) Konsep unit pengukuran (unit of measure concept) mensyaratkan data ekonomi dicatat dalam satuan mata uang. Uang merupakan unit pengukuran yang biasa digunakan dan memungkinkan keseragaman pencatatan serta pelaporan data keuangan.
Demikian pembahasan mengenai Prinsip Dasar dan Konsep Akuntansi. Semoga memberikan manfaat.
sumber: Alam S. 2018. Ekonomi Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: ESIS
0 komentar:
Post a Comment