Kumpulan artikel tentang ekonomi dan ilmu ekonomi serta akuntansi dan manajemen

Tujuan Pembangunan Ekonomi Makro

Pembahasan kali ini saya akan membahas tentang Tujuan Pembangunan Ekonomi Makro. Tujuan Pembangunan Ekonomi Makro yaitu Tingkat kesempatan kerja yang tinggi, kapasitas produksi nasional yang tinggi, tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadaan perekonomian yang stabil, neraca pembayaran luar negeri yang seimbang dan distribusi pendapatan yang merata. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan Tujuan Pembangunan Ekonomi Makro dibawah ini:

Tujuan Pembangunan Ekonomi Makro 

Kebijakan ekonomi makro yang dilakukan oleh setiap negara secara bersama-sama dilakukan oleh setiap negara secara bersama-sama dilakukan oleh pemerintah dan swasta bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dan mungkin timbul dalam perekonomian, di mana pemerintah sebagai regulatornya dan swasta sebagai pelaksananya. Diharapkan dari perpaduan tersebut akan dapat tercapai keadaan perekonomian yang diidam-idamkan seperti:


Tingkat Kesempatan Kerja yang Tinggi

Pada dasarnya negara manapun didunia ini tidak menginginkan adanya pengangguran dalam perekonomian, karena selain berdampak buruk bagi sendi kehidupan sosial masyarakat juga  merupakan beban ekonomi negara yang harus ditanggung baik dari segi ekonomi maupun politik. Dalam kondisi idela tidak adanya pengangguran  memang sangat diharapkan akan tetapi pada kenyataannya tingkat pengangguran dari tahun ke tahun selaku ada dan banyak, dan situasinya memang tidak dapat dihilangkan.  Apa yang dapat dilakukan oleh negara adalah mengurangi tingkat pengangguran sampai pada tingkat yang moderat (full employment) yaitu di mana semua lapangan pekerjaan yang disedikan oleh negara (swasta dan pemerintah) terisi penuh oleh para pencari kerja (angkatan kerja).

Kapasitas Produksi Nasional yang Tinggi

Untuk negara-negara yang tergolong masih berkembang dan terbelakang perekonomiannya, usaha peningkatan kapasitas produksi memanglah merupakan suatu keharusan, yaitu dengan cara  melakukan investasi di segala bidang yang sesuai dengan peruntukan dan kebutuhan yang tepat. Tingginya rendahnya kapsitas produksi tergantung dari tinggi rendahnya investasi, sedangkan  investasi (dalam negeri) tergantung dari tingkat tabungan dalam negeri (suku bunga), tingkat tabungan (dalam negeri) tergantung dari tingkat bunga dan pendapatan masyarakat. Dengan demikian untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri maka peningkatan  pendapatan masyarakat perlu dilakukan dengan cara meningkatkan  produktivitas masyarakat dan mengembangkan teknologi (pemberdayaan sumber daya).


Tingkat Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi yang Tinggi


Tidak ada suatu ukuran standar mengenai bagaimana tinggi pendapatan  suatu negara yang harus dicapai, akan tetapi berdasarkan perbandingan pada  negara lain tentu saja dapat diketahui apakah  pendapatan nasioal suatu negara lebih besar atau lebih kecil dari negara lainnya. Tentu saja  kondisi yang diharapkan adalah bila pendapatan nasionalnya lebih tinggi dari pendapatan nasional  negara lain. Membandingkan tingkat pendapatan nasional suatu negara dengan negara lain adalah ukuran relatif, sedangkan untuk mendapatkan gambaran absolut adalah dengan  adalah dengan membandingkan pendapatan perkapita suatu negara dengan negara lain. Tingkat pendapatan perkapita adalah perbandingan antara pendapatan nasional suatu negara lain. Tingkat pendapatan perkapita adalah perbandingan antara pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduknya. Misalkan  negara A tahun 1996 berpenduduk 1000 jiwa dengan pendapatan nasional sebesar USD 5 juta dan tahun 1997 sebesar USD 5,5 juta,  sedangkan Negara B berpenduduk 10.000 jiwa dengan pendapatan nasional sebesar USD 8 juta  tahun 1996 dan USD 8,7 juta pada tahun 1997. Secara relatif maka negara B memiliki pendapatan nasional  yang tinggi dibandingkan dengan negara A, akan tetapi bila dibandingkan antara pendapatan perkapitanya (pendapatan perkapita = Pendapatan nasional dibagi dengan jumlah penduduk ) yaitu negara A yang  yang sebesar USD 5 juta/1000 = USD 5000, sedangkan negara B pendapatan perkapitanya adalah sebesar USD 8juta/10000 = USD 800. Dari pendapatan perkapita ini dapatlah diketahui bahwa secara absolut  negara A memiliki pendapatan nasional yang tinggi dibandingkan dengan negara B. Tingginya tingkat pendapatan nasional (berdasarkan pendapatan perkapita) mencerminkan tingginya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan  dan ini berarti bahwa tingkat kemakmuran masyarakatnya pun relatif baik.

Akan halnya dengan tingkat pendapatan nasional yang tinggi, maka tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak dikarenakan tingginya pendapatan  nasional secara relatif, melainkan seberapa  besar produktivitas penduduk negara tersebut mampu meningkatkan pendapatannya secara kumulatif. Dengan demikian bila saja pertumbuhan jumlah penduduk relatif tetap diiringi oleh naiknya tingkat pendapatan perkapita maka pertumbuhan ekonomi dikatakan tinggi dihitung berdasarkan angka pendapatan nasional dengan rumus:
Rumus Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Rumus Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan rumus di atas maka dapat dihitung tingkat pertumbuhan ekonomi negara A sebagaimana ilustrasi di atas pada tahun 1997 sebagai berikut:
Rumus Tingkat Pertumbuhan Ekonomi


Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas tampak bahwa meskipun negara B pertumbuhan pendapatan nasionalnya sebesar USD 0,7 juta pada tahun 1997 lebih besar dibandingkan dengan negara A yang hanya sebesar USD 0,5 juta pada tahun yang sama, akan tetapi ternyata pertumbuhan ekonomi negara A yang sebesar 10% pada tahun 1997 lebih besar dibandingkan dengan negara B yang hanya sebesar 8,75% pada tahun yang sama.

Satu hal yang perlu diperhatikan  mengenai pertumbuhan ekonomi adalah bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi tidak dapat berbeda besar pada akhir periode lima tahun dengan tingkat itu di awalnya kecuali di negara-negara yang baru pulih dari bencana (Lewis, 1994.h.188).


Keadaan Perekonomian yang Stabil 

Kestabilan yang diharapkan dalam perekonomian adalah kestabilan dalam hal tingkat pendapatan, kesempatan kerja dan terutama kestabilan pada tingkat harga-harga barang secara umum. Dalam pengertian yang lebih realistis perekonomian yang stabil bukanlah berarti suatu perekonomian yang kondisinya selalu megalami masa-masa booming terus menerus (tidak pernah terjadi penurunan atau peningkatan - kondisi ideal), akan tetapi suatu kondisi yang fluktuasi variabel ekonomi terutama harga-harga komoditi secara umum dan tingkat pendapatan bergerak/berubah dalam kondisi yang wajar. Untuk hal itu perhatikan gambar berikut:
Gambar Siklus Variabel Ekonomi
Gambar Siklus Variabel Ekonomi

Garis XY adalah kondisi pergerakan dari variabel ekonomi misalnya pendapatan nasional, tingkat harga-harga secara umum, pengangguran, dan lain sebagainya. Sedangkan garis AB adalah kondisi ideal bagi pergerakan variabel yang dimaksud. Garis putus-putus yang membatasi garis X sebelah atas dan Y sebelah bawah adalah garis batas peningkatan atau penurunan yang dapat ditolerir suatu perekonomian. Perekonomian yang melebihi batas tertinggi (biasanya diukur dengan rumus X + 2a dari GDP) dianggap membahayakan karena terlalu panas yang mana ditunjukkan oleh terlalu tingginya pendapatan nasional disertai tingginya tingkat harga-harga secara umum. Bila ini terjadi maka akan menyebabkan perekonomian biaya tinggi dan akan menggejalanya konsumtifisme dan demonstration effect yang mengarah pada kecemburuan sosial akibat tingginya tingkat pengangguran.

Bila perekonomian berada di bawah batas terendah garis XY (X - 2a), perekonomian akan berjalan dengan sangat lambat bahkan stagnan karena begitu rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan rendahnya tingkat harga sehingga mesin-mesin produksi tidak akan dioptimalkan karena keuntungan yang rendah dan skala investasi yang relatif tinggi. Pada kondisi ini tingkat pengangguran yang sebenarnya sudah rendah juga akan sia-sia karena tidak ada perusahaan yang mau membayar tenaganya secara layak. Hal ini selain disebabkan oleh rendahnya kapasitas produksi juga karena rendahnya tingkat keuntungan.

Pada umumnya kondisi sebagaimana yang tergambar pada garis AB sangat jarang terjadi, karena beberapa variabel tersebut terkadang saling berpengaruh tapi kadang juga saling asing (artinya penyebab perubahan satu variabel katakanlah pengangguran yang tinggi bukanlah disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan nasional yang menyebabkan rendahnya tabungan masyarakat dan berujung pangkal pada rendahnya pembukaan kapasitas produksi baru, mungkin juga disebabkan oleh faktor lain misalnya tingkat pendidikan, kesenjangan informasi dan lain-lain). Yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan kondisi agar pergerakan variabel ekonomi tersebut tidak terlalu jauh dari kondisi ideal. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pergerakan beberapa variabel tersebut mengalami masa turun naik yang masih dalam batas-batas kemampuan ekonomi suatu negara, dengan demikian dapat dikatakan bahwa relatif perekonomian negara yang dimaksud stabil.

Neraca Pembayaran Luar Negeri yang Seimbang

Neraca  pembayaran (Balance of Payment) adalah ikhtisar sistematis dari semua transaksi ekonomi dengan luar negeri selama jangka waktu tertentu dinyatakan dalam uang (biasanya dalam satuan dolar Amerika Serikat). Dalam neraca pembayaran tersebut beberapa hal penting yang perlu diketahui adalah Neraca perdagangan, Transaksi berjalan dan lalu lintas moneter. Sebagai gambaran berikut disajikan Neraca Pembayaran Indonesia seperti di bawah ini:

Neraca Pembayaran Indonesia
Perhatikan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada tahun tersebut mengalami surplus yang berarti nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor barang. Itu artinya kita mendapatkan devisa sebesar nilai surplus tersebut. Selanjutnya transaksi berjalan yang merupakan pengurangan dari neraca perdagangan dengan impor jasa ditambah dengan ekspor jasa bernilai positif berarti mengalami surplus, artinya nilai bersih ekspor barang dan jasa lebih besar dibandingkan dengan nilai impor barang dan jasa pada tahun tersebut. Pada point E Lalu Lintas Moneter (LLM) pada tahun 2001 bernilai positif (yang berarti pada tahun itu terdapat cash inflow untuk menutupi selisih dari yang belum diperhitungkan. Bila selisih yang belum diperhitungkan positif itu artinya terdapat kelebihan cash hak Indonesia yang belum diperhitungkan mungkin saja karena selisih kurs, salah atau kekeliruan menghitung dan karena lain sebab, dan oleh karena selisih antara transaksi modal dengan transaksi berjalan mengalami defisit maka untuk menyeimbangkan anggaran Indonesia memerlukan dana cash dari luar. Sebaliknya misalkan selisih A dan B bernilai positif dan poin D negatif, maka pastilah LLM bernilai negatif yang pengertiannya sama dengan di atas), sedangkan pada tahun berikutnya bernilai negatif artinya cash outflow.

Dengan demikian secara umum neraca pembayaran luar negeri Indonesia pada tahun 2001-2003 mengalami surplus.

Dari segi tinjauan ekonomi murni neraca pembayaran yang surplus dan defisit umumnya tidak diinginkan oleh pemerintah suatu negara (neraca pembayaran surplus menyebabkan penawaran devisa lebih bayak di dalam negeri yang relatif akan menyebabkan nilai tukar mata uang lokal di dalam negeri menjadi lebih mahal, sehingga nilai impor akan semakin murah dan ini akan berdampak pada matinya industri asli di dalam negeri, dan dalam jangka menengah justru akan menguras devisa kembali. Sedangkan bila neraca pembayaran defisit berarti jumlah penawaran devisa di dalam negeri semakin sedikit, dan ini akan berdampak pada semakin turunnya nilai mata uang lokal terhadap devisa tersebut sehingga nilai impor akan semakin mahal. Bila ini terjadi maka industri di dalam negeri yang berbasiskan impor - bahan baku utama masih diimpor, akan mengalami kesulitan dan akibatnya adalah harga komoditi impor tersebut dijual dengan harga yang lebih mahal dan dapat ditebak yang akan terjadi adalah tingkat inflasi meningkat atau industri tersebut akan mati, akan tetapi dari segi politik neraca pembayaran yang surplus lebih diinginkan karena lebih mencerminkan ketekatan suatu bangsa untuk lebih maju dari pembangunan sebelumnya, dan juga memberikan gambaran betapa negara tersebut lebih baik mengelola perekonomiannya.


Distribusi Pendapatan yang Merata

Keadilan pembagian rezeki dari hasil mengelola sumber daya baik alam maupun manusia dari suatu negara adalah di mana pendapatan yang diperoleh dapat dinikmati secara merata oleh rakyatnya, dalam arti distribusi pembagian pendapatan yang relatif adil. Artinya sebagian besar pendapatan negara dinikmati oleh sebagian besar golongan masyarakat dalam perekonomian tersebut. Dengan meratanya pembagian pendapatan diharapkan tingkat konsumsi masyarakat juga relatif lebih baik. Dan pada muaranya diharapkan akan terjadi kehidupan yang tidak bertendensi pada keresahan dan kerusuhan sosial.

Beberapa cara untuk menghitung dan menentukan mengenai tingkat distribusi pendapatan dalam masyarakat suatu negara telah banyak dikembangkan dan dikemukakan oleh para pakar ekonomi makro khususnya cabang ilmu ekonomi makro yaitu ekonomi pembangunan dan perencanaan. Akan tetapi beberapa diantaranya yang paling sering dipergunakan adalah Indeks Gini atau Gini Koefisien atau Gini Ratio yang merupakan kesimpulan matematis dari studi empiris Lorenz yang terkenal dengan Kurve Lorenz sehubungan dengan distribusi pendapatan tersebut. Gini Ratio digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat secara umum/global, sedangkan untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat antar daerah digunakan rumus Indeks Williamson.

Demikian pembahasan tentang Tujuan Pembangunan Ekonomi Makro. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Tujuan Pembangunan Ekonomi Makro Rating: 4.5 Diposkan Oleh: ekonomisajalah

0 komentar:

Post a Comment